IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT
( TQM ) DI PT GAYA MOTOR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS
(AHP)
Rae Netsi Hudy
Jl.Kelapa Dua No.27 RT.09 RW.03
Tj.Priok Jakarta Utara (r4nets@yahoo.com)
ABSTRAK
Perusahaan
PT.Gaya Motor harus belajar untuk lebih efisien dan memfokuskan dihapuskannya
pemborosan dari keseluruhan proses mereka. Tidak terdapat jalan pintas untuk
menjadi “World Class Company”. Hanya perusahaan yang memperhatikan kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) yang mampu bertahan. Penerapan TQM dengan
metode AHP dilakukan yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam
bagi semua faktor dan untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap intensitasnya,
atau sering disebut menyusun prioritas. Tujuan dilakukan penelitian untuk melihat
tingkat keberhasilan implementasi dari Astra Total Quality Management (ATQM)
yang terletak pada komitmen, kepemimpinan dan keterlibatan seluruh lapisan karyawan,
mulai dari direksi, manajemen, sampai karyawan lapisan paling bawah. Sistem
manajemen ATQM mempunyai empat kerangka dasar atau pilar yang masing masingberkaitan
erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Kata kunci : TQM,
QCC, Six Sigma, PDCA, AHP
PENDAHULUAN
Ketatnya
persaingan ekonomi dunia menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi
setiap perubahan yang terjadi. Dalam pasar global, lingkup persaingan telah
bergeser. Pasar domestik menjadi termasuk dalam bagian dari pasar dunia, dengan demikian
makin banyak perusahaan yang berusaha menguasai resource untuk kemudian menguasai
pasar domestik. Dalam kondisi yang seperti ini, hanya produk dan jasa yang berkualitas
dan tepat waktu yang akan memenangkan persaingan dan mempertahankan posisi
di pasar. Untuk bersaing dalam pasar sekarang ini, perusahaan PT.Gaya
Motor harus belajar untuk lebih efisien dan memfokuskan dihapuskannya
pemborosan dari keseluruhan proses mereka. Tidak terdapat jalan pintas
untuk menjadi “World Class Company”. Hanya perusahaan yang memperhatikan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang mampu bertahan. Kaedah ini mutlak diikuti agar kita
dapat tetap berbisnis. Namun , untuk lebih berkembang dan menjadi perusahaan
kelas dunia, tidak cukup sekedar memuaskan pelanggan dengan cara
memenuhi harapannya, tetapi perlu menghasilkan produk / pelayanan dengan kualitas
yang dramatis atau tak terduga. Untuk itu diperlukan inovasi bukan sekedar improvement.
Pelaksanaan proses secara benar
(efektif dan efisien) sejak awal sampai akhir, mutlak dilakukan oleh setiap karyawan untuk membangun keunggulan
bersaing.
Walaupun bermain di pasar
domestik namun harus senantiasa menyadari bahwa perusahaan berada dalam kompetisi global. Program lingkaran mutu
paling berhasil tidak berjalan
sendirian melainkan merupakan bagian dari program perbaikan mutu diseluruh
perusahaan yang komprehensif. Program perbaikan mutu berjalan dengan banyak nama termasuk manajemen mutu
total (TQM), proses perbaikan mutu (QIP) dan kendali mutu terpadu (TQC). Dalam Group Astra sebelumnya
menggunakan sistem manajemen TQM,
sekarang Group Astra menggunakan sistem manajemen yang bernama Astra Management System (AMS) dimana sistem
manajemen tersebut pada Strategic
Management pada Activity Management salah satunya yaitu Six Sigma.
Sistem manajemen yang
digunakan oleh PT.Gaya Motor selama ini adalah TQM yang diadopsi dari Jepang sejak 1978 yang merupakan
penyempurnaan dari sistem manajemen
bernama Total Quality Control (TQC). Untuk mencapai perusahaan kelas dunia dengan ciri “proses/produk/servis”
excellent maka baru tahun 2001 Direksi Astra memutuskan menggunakan Astra Management Sytem (AMS)
diadopsi Six Sigma Quality
Project.
TINJAUAN PUSTAKA
Filosofi Manajemen
Sewaktu menulis The
Mind of the Strategist, Kenichi Ohmae belum memasukkan change sebagai suatu unsur yang penting
dipertimbangkan untuk menyusun
strategi. Ketika itu Ohmae menekankan tiga elemen sangat penting yang semuanya dimulai dengan huruf “C” juga
yaitu Company, Competitor, dan Customer. Dengan sederhana bisa memberikan kerangka berpikir bila ingin
menyusun strategi (Kartajaya,1996).
Menurut Joshua Hammond
dari American Quality Foundation mendorong para pemimpin bisnis di Amerika Serikat untuk mengembangkan
pendekatan-pendekatan yang dapat
memaksimalkan kekuatan budaya mereka sendiri. Strategi yang berhasil diterapkan oleh sebuah perusahaan perlu
untuk disesuaikan dengan budaya organisasi
yang dianut saat ini, (Evans dan Lindsay, 1999)
Total Quality Management (TQM)
Filosofi TQM membuat
masing-masing karyawan bertanggung jawab untuk mengontrol kualitas dan
menghentikan produksinya ketika terjadi masalah dalam pabrik (Monden, 1989),
karyawan juga didorong untuk mengidentifikasikan berbagai cara untuk
memperbaiki kualitas produk dan proses (Cole, 1983; Siegel 1997). Maka penting bagi para manajer untuk memberikan
wewenang kepada karyawannya untuk ikut aktif dalam mengambil inisiatif dengan harapan keterlibatan karyawan
dapat meningkatkan proses produksi
(Ichiniowski 1997; Sarkar, 1997). Dengan kata lain pemanufakturan TQM lebih menekankan pada keterlibatan
karyawan (Zipkin,1991). Karyawan belajar melalui pekerjaan yang membangkitkan
kemauan yang tinggi untuk memahami masalah dan untuk mencari penyelesaiannya
(Aoki, 1986), sehingga pelaporan informasi produktivitas dan kualitas kepada
personalia lini akan memberikan umpan balik yang diperlukan untuk perbaikan dan
pembelajaran produksi (Banker’s, 1993).
TQM bukan merupakan
program atau sistem , tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan dan ditingkatkan oleh seluruh
anggota organisasi/perusahaaan tersebut berorientasi pada mutu dan menjadikan
mutu sebagai The way of Life
(Dorothea W.A,1999 ). Elemen-elemen kritis dalam penerapan TQM adalah : kepemimpinan dan komitmen, keterlibatan
penuh seluruh karyawan, perencanaan yang baik,
strategi pelaksanaan, pengukuran & evaluasi, pengendalian & perbaikan
dan mencapai, mempertahankan
standar kesempurnaan. Filosofi TQM memenang dapat di terapkan untuk semua bidang, asal ada dukungan dari semua pihak
dalam organisasi, dengan konsep
kuncinya adalah kepemimpinan (Leadership), perubahan budaya (Culture change) dan
pemberdayaaan karyawan (Employee empowerment), dan keterlibatan karyawan dalam bentuk
kerja tim yang dikenal Gugus Kendali Mutu
(QCC).
Quality Control Circle (QCC)
Quality Control Circle disebut
juga Gugus Kendali Mutu adalah kelompokkelompok kecil karyawan (4-8 orang) yang melakukan kegiatan pengendalian
dan peningkatan mutu, secara
teratur, sukarela dan berkesinambungan dari bidang pekerjaannya dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
pengendalian mutu.
Kaoru Ishikawa, otoritas
mutu Jepang yang belakangan mengakui pengaruh Demming dan Juran atas pemikirannya. Meskipun demikian, Ishikawa
harus diakui kontribusinya. Beliau yang memprakarsai gugus kendali mutu (QCC =
Gugus Kendali Mutu), baik dalam konsep maupun praktek. Beliau juga mengembangkan
“Ishikawa Cause-Effect.”,
atau “Fishbone Diagrams”, dinamakan demikian karena struktural mereka mirip dengan kerangka ikan.
Seperti Deming, Juran dan Feigenbaum, Ishikawa juga menekankan mutu sebagai “A Way Of Management”.
Menurut pendapat Kaoru
Ishikawa, Gugus Kendali Mutu adalah suatu kelompok kecil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kendali mutu secara
sukarela dalam tempat kerja yang
sama. Kelompok kecil ini melaksanakan secara terus-menerus sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan pengendalian
mutu perusahaan secara menyeluruh. Pengembangan
diri dan pengembangan bersama, pengendalian
dan perbaikan dalam tempat kerja
dengan memanfaatkan teknik-teknik pengendalian dengan partisipasi seluruh anggota.
Sehingga pengertian QCC
menurut Kaoru Ishikawa adalah sekelompok karyawan yang terdiri dari empat sampai dengan dua belas karyawan yang
berasal dari tempat atau bidang
pekerjaan yang sama dalam perusahaan yang secara sukarela berkumpul untuk mengidentifikasi, menganalisis
dan memecahkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka dan menerapkannya dalam kegiatan
operasional perusahaan.
Six Sigma
Pysdek menjelaskan
bagaimana membuat organisasi terfokus untuk menentukan dan memenuhi kebutuhan pelanggan – suatu persyaratan vital untuk mengimplementasikan Six Sigma,
mengidentifikasi dimana tehnik khusus dapat-dan tidak dapat- diterapkan dalam suatu proses, menyertakan
studi-studi kasus yang memberikan
inspirasi dan petunjuk mengenai keberhasilan Six Sigma di Motorola, General Electric dan perusahaan lain
yang telah meraih penghargaan.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy
Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.Saaty dari University of Pittsburgh. AHP dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang kompleks
dengan kriteria yang diambil cukup banyak. Komplesitas ini disebabkan struktur permasalahan yang belum jelas
dan minimnya data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi. Ada kalanya timbul permasalahan pada saat
masalah yang diamati memerlukan keputusan yang harus diambil secepatnya, tetapi
variasinya rumit sehingga data tidak mungkin dapat dicatat secara numerik hanya
secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi,
pengalaman dan intuisi (Anda Iviana J,1996)
“The analitic hierarchy
process (AHP), developed at the Wharton School of Business by Saaty. Allows decision makers to model a complex
problem in a hierarchy structure
showing the relationships of the goal,, objectives (criteria), ub-objectives,
and alternatives. Uncertainties
and other influencing factors can also included.
AHP allows for the
applicatin of data, experience, insight, and intuition in a logical and thorough way. AHP enables
decision-makers to derive ratio scale priorities or weights as opposed to arbitrarily assigning them. In sodoing,
AHP not only supports decision-makers
by enambling them to structure complexity and exercise judgement, but also allows them to incorporate both
objective and subjective considerations in the decision process. AHP is a compensatory decision methodology
because alternatives that
are deficient with respect to other objectives. AHP is composed of several previously existing but unassociated
concepts and techniques such as hierarchical structuring of compelxity, pairwise comparisons, redudant
judgements, an eigenvector method
for deriving weights, and consistency considerations. Although each of these concepts and techniques (along with
some new developments) produced a process
whose power is indeed far more than the sum of its
parts” by Ernest Forman (2002).
AHP adalah prosedur yang
berbasis matematis yang sangat matematik dikuantitatif
dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang
lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria
yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan
validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih
oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990).
Karena menggunakan input
persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas
permasalahan yang ada di sekitar
kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP, selain juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang
multi-objectif dan multi-kriteria yang didasarkan
pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif. (Tintri , 2004)
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian
ini penulis melaksanakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang sistem
informasi bisnis yang terdapat
pada perusahaan PT.Gaya Motor yang salah satu Group Astra dalam menjalankan kegiatan produksinya sebagai
satu-satunya perusahaan General Assembler di Indonesia untuk meningkatkan kualitas produksinya dalam
memenuhi kepuasan pelanggannya (Customer
Satisfactions).
Penerapan TQM dengan
metode AHP dilakukan yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam bagi semua faktor dan untuk itu
perlu dilakukan identifikasi
terhadap intensitasnya, atau sering disebut menyusun prioritas. Teknik analisis AHP digunakan untuk menemukan
pemecahan masalah yang bersifat strategis
dengan prinsip kerja : decomposition, comparative judgement,
synthesis of priority, dan logical
consistency.
Tujuan dilakukan
penelitian untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi dari Astra Total Quality Management (ATQM)
yang terletak pada komitmen, kepemimpinan
dan keterlibatan seluruh lapisan karyawan, mulai dari direksi,
manajemen, sampai karyawan lapisan
paling bawah.
Dalam penelitian ini data
yang penulis kumpulkan berupa data primer atau langsung dari lokasi penelitian. Adapun primer yang diperoleh penulis
meliputi :
1.
Data yang bersifat kualitatif, yang terdiri dari
:
a.
Sejarah singkat perusahaan
b.
Struktur organisasi
2. Data
yang bersifat kuantitatif, yang terdiri dari :
a.
Jumlah tenaga kerja (karyawan)
b.
Latar belakang pendidikan tenaga kerja
(karyawan)
c.
Perhitungan analisis AHP dengan penentuan
prioritasnya.
Dalam usaha memperoleh dan
melengkapi data yang diperoleh, penulis dalam hal inimenggunakan beberapa
teknik dalam pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Metode Survei / Observasi (Field Research)
Metode ini merupakan cara pengumpulan data secara
langsung ke lapangan dengan melihat
objek penelitian dari sejumlah individu dalam jangka waktu yang bersamaan.
2.
Metode Wawancara (Interview)
Metode ini
dilakukan dengan melakukan proses tanya jawab, dengan beberapa nara sumber dilokasi dimana objek penelitian
dilakukan.
3. Metode
Dokumentasi (Library Research)
Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data sekunder yaitu dengan melihat bukubuku, jurnal di internet dan sumber-sumber lainnya untuk dijadikan
literatur – literatur yang
bersifat teoritis mapun berupa data-data yang relevan yang mendukung proses analisis ini.
PEMBAHASAN
Penerapan Astra Total Quality Circle
Grup Astra memperkenalkan
sistem divisi dan sistem holding company pada tahun 1970-an dan “Total Quality Control”
(TQC) pada masa 1980-an. Proses modernisasi
manajemen ini nampak berkaitan erat dengan mendekati bentuk dasar bisnis
grup dalam otomotif dan industri
mesin dengan memperkenalkan modal dan teknologi dari Jepang dan teknologinya. Astra Total
Quality Control (ATQC) diperkenalkan tahun1983 sebagai konsep dari Grup Astra sebagai metode kontrol manajemen.
Total Quality Control (TQC)
yang mengacu pada pengawasan mutu perusahaan secara luas dan menyeluruh atau quality control pada
perusahaan secara luas., bertujuan untuk tidak saja meningkatkan quality control pada sisi produksi
tetapi juga non-produksi seperti penjualan,
akunting, perencanaan dan pengembangan. Konsep ini menyebar di Jepang sejak tahun 1970-an, yang di
implementasikan pada manajemen Grup Astra hasilnya sebagai ATQC.
Dari tahun 1983, ATQC
diterapkan pada level manajemen Grup. Bersama dengan waktu menetapkan pertemuan rutin jajaran manajerial setiap
minggu pertemuan eksekutif di AI,
pertemuan bulanan dari manajer divisi dan semi tahunan “rapat pimpinan” termasuk manajer dan
perusahaan afiliasi. Di AI setahun sebelumnya hasil bisnis dari masing-masing divisi dan rencana bisnis untuk dua
tahun (sekarang dan lima tahun
kedepan) disusun menggunakan standar format dan digunakan sebagai bahan pemeriksaan saat pertemuan rutin
pertemuan manajerial. Sistem kontrol dari manajemen biasa disebut Astra TQC pada level grup. Tahun1983, saat yang
sama Astra TQC memperkenalkan keempat prinsip dari filosofosi perusahaan “Catur
Dharma”, yang merupakan bentuk dasar dari budaya perusahaan dari Grup Astra,
diumumkan. Dasar dari AI, dengan
10 Presiden Direktur dari AI, Benyamin pada bulan Februari 1983, dan membuat slogan berikut dalam bahasa
Indonesia dan Inggris [5; Vom.12.No.1, 1983, pp.4-7] :
1.
Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara
2.
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pelanggan
3.
Saling menghargai dan membina kerjasama
4.
Berusaha mencapai yang terbaik
Keduanya Astra TQC dan
keempat prinsip sistem manajemen dan konsep
pencangkokan dari Jepang tetapi, memperoleh maknanya
melalui proses yang diterapkan
oleh Grup Astra (Yuri Sato, 1993).
Sebagai bagian dari Corporate
Human Resources Perseroan, Astra Management Development Institute (AMDI) pada
tahun 2001 melakukan serangkaian pelatihan
internal yang meliputi program kepemimpinan, functional dan basic
competence.
Dalam rangka mendukung
perekonomian yang kuat, Astra membangun Astra Management System (AMS) dari jaringan Total Quality
Control jaringan sebagai panduan
dan kerangka kerja dan proses dalam menciptakan operasional yang sempurna. Melalui pembangunan tenaga kerja yang
kompeten, Astra kemudian membangun Astra Human
Resources Management (AHRM) sebagai kerangka kerja untuk panduan sistem dan prosesnya pelengkap dari kerangka
kerja dari sistem. Ini didukung oleh mendukung dari Business dan bentuk Work Ethics (BWE) untuk
membangun bisnis dan cara dan sikap
kerja cara kerja dan sikap dari setiap karyawan. (Astra Green Company & Sustainable, 2001).
Empat Pilar Astra Management System adalah :
1.
Mentalitas Dasar (Basic Mentality)
2.
Manajemen Stratejik (Strategic Management)
3.
Sarana (Tools)
4.
Pemberdaya Astra Management System (Enabler
for Implementation)
Mentalitas dasar meliputi :
1.
Fokus pada Pelanggan (Focus on Customer)
2.
Fokus pada PDCA (Focus on PDCA)
3.
Fokus pada Fakta dan Data (Focus on Facts and
Data)
4.
Fokus pada Kerjasama (Focus on Teamwork)
5.
Fokus pada Keunggulan (Focus on Excellence)
Program perbaikan mutu
berjalan dengan banyak nama termasuk manajemen mutu total (TQM), proses perbaikan mutu (QIP) dan kendali mutu
terpadu (TQC). Dalam Group Astra
sebelumnya menggunakan sistem manajemen TQM, sekarang Group Astra menggunakan sistem manajemen yang
bernama Astra Management System (AMS) dimana sistem manajemen tersebut pada Strategic Management pada
Activity Management salah
satunya yaitu Six Sigma.
Sistem manajemen yang
digunakan oleh PT.Gaya Motor selama ini adalah TQM yang diadopsi dari Jepang sejak 1978 yang merupakan
penyempurnaan dari sistem manajemen
bernama Total Quality Control (TQC). Untuk mencapai perusahaan kelas dunia dengan ciri “proses/produk/servis”
excellent maka baru tahun 2001 Direksi Astra memutuskan menggunakan Astra Management Sytem (AMS)
diadopsi Six Sigma Quality
Project
Analisis dengan metode AHP :
Proses hirarki analitik
atau Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu analisis yang dapat dipakai dalam
pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan
keputusan. Metode ini digunakan
dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat, dimana permasalahan telah benar-benar
dinyatakan dengan jelas, di evaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk di kaji. AHP yang disampaikan oleh
Saaty (1993) sebagai pengkajian
terhadap kondisi nyata tanpa melalui proses penyederhanaan, tetapi mempertahankan model yang kompleks
seperti semula. Untuk itu masalah nyata yang kompleks, dan tidak terstruktur
perlu dilakukan penyusunan beberapa bagian komponen atau peubah pada struktur bangunan
secara hirarki.
Hirarki adalah abstraksi
struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen dan dampaknya pada sistem secara
keseluruhan dapat dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling
berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari satu puncak (tujuan akhir), turun ke
suatu sub tujuan (sub objective), kemudian faktor-faktor pendorong (forces)
yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, serta pelaku (actors) yang memberikan
dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku faktor aktor dan kebijakankebijakannya,
strategi-strateginya dan hasil dari strategi tersebut selanjutnya timbul pertanyaan
yang berkaitan dengan hirarki ini, bagaimana dan berapa besar suatu faktor individu
dari tingkat yang lebih rendah pada hirarki itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu
tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan seragam bagi semua faktor dan untuk
itu perlu dilakukan identifikasi terhadap intensitasnya, atau sering disebut menyusun
prioritas. Teknik analisis AHP digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang bersifat strategis dengan
prinsip kerja : decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical
consistency.
AHP membuka kesempatan
adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang terjadi dalam kondisi nyata dalam usaha mencapai konsensus.
Langkah yang dilakukan pada metoda
AHP, yaitu: (1) mengidentifikasi sasaran/cita-cita utama (ultimate goals) pada puncak hirarki sebagai focus, (2)
menyusun kekuatan pendorong (forces),
(3) menentukan pelaku (actors), (4) menetapkan beberapa tujuan (objectives) yang dimungkinkan dan (5) menentukan
prioritas pilihan dalam berbagai alternatif. Semua problema sistem tidak dapat dipecahkan melalui komponen
yang terukur seperti keadaan ”ya”
dan ”tidak” (1 dan 0) karena ada kondisi perbedaan kepentingan.
AHP mencoba memecahkan
masalah dengan cara membandingkan masukan secara berpasangan berdasarkan skala yang dapat membedakan setiap
pendapat serta mempunyai
keteraturan dengan nilai skala Saaty 1 sampai dengan 9 seperti pada tabel di bawah.
Tabel 1 Komparasi Penilaian AHP
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Sama
pentingnya
|
3
|
Sedikit
lebih penting
|
5
|
Jelas
lebih penting
|
7
|
Sangat
jelas lebih penting
|
9
|
Mutlak
lebih penting
|
2,4,6,8
|
Jika
terjadi keraguan jawaban antara 2
nilai
yang berdekatan
|
1/(1-9)
|
Kebalikan
nilai tingkat kepentingan dari
skala
1-9
|
Sumber:
Saaty (1993)
Saaty (1993) telah
membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 merupakan pengambilan keputusan
individual yang baik dalam pendekatan sistem dengan pertimbangan ketelitian yang ditunjukkan pada nilai RMS (Root
Means Square) dan MAD (Mean
Absolute Deviation).
Untuk menyusun prioritas
dilakukan identifikasi terhadap intensitas masalah yang merupakan faktor dominan. Teknik komparasi berpasangan
menerapkan penilaian para pakar
berdasarkan skala komparasi berpasangan, sehingga membentuk matriks segi (nxn). Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan prioritas yang dicari berdasarkan nilai eigenvector dan untuk mendapatkan
konsistensi penilaian diukur berdasarkan
eigenvalue. Revisi pendapat dapat dilakukan jika rasio konsistensi (CR) pendapat cukup tinggi, dan dianggap
konsisten jika mempunyai nilai kurang dari atau sama dengan 0.1.
Sumber : Hasil Olahan (2009)
Gambar
1 Model AHP Automotive Assembler PT.Gaya Motor
Pada gambar 4.1
ditunjukkan model analisis AHP untuk Automotive General Assembler PT.Gaya Motor dengan orientasi pada: (1) peningkatan
sumberdaya manusia; (2) teknologi
up-grading;
(3) peningkatan kualitas produk. Penetapan
alternatif disesuaika n dengan permasalahan yang ada. Untuk alternatif
pada model AHP orientasi
automotive
assembler merujuk pada acuan baku dan pendapat pakar dari PT Gaya Motor. Hasil analisis AHP untuk
kompetensi
Soft Skills ditujukkan pada gambar 2
Sumber
: Hasil Olahan (2009)
Gambar 2 AHP Orientasi Berdasarkan
Alternatif Skor Keputusan
Tabel 2 Uraian
Analisis AHP
No.
|
Uraian
|
Bobot
|
Peringkat
|
A.
|
Fokus :
|
Automotive General
Assembler Terbaik
di Indonesia
|
1.000
|
|
B.
C.
|
KRITERIA
ALTERNATIF
|
Assembler Terbesar Pertama di Indonesia
Kelompok ASTRA
Lokasi dan
Infrastuktur
Jaringan Luas
Internasional
Jumlah Karyawan
Besar
Memiliki ISO
Sistem Astra Total
Quality Control (ATQC)
Kompetitor di Indonesia terbatas (sedikit)
Peningkatan Sumberdaya
Manusia
Teknologi Up-grading
Peningkatan Kualitas Produk
|
0.370
0.218
0.080
0.075
0.087
0.091
0.053
0.026
0.606
0.239
0.155
|
1
2
5
6
4
3
7
8
1
2
3
|
Sumber: data diolah menggunakan Expert (Criterium Decision, 2009)
Penilaian
kriteria (aspek) tersebut dilakukan oleh pakar dan praktisi automotive dari PT
Gaya Motor dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Gambar 1 dan Tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bobot
dan hasil peringkat yang diolah menggunakan Software Criterium
Decison Plus (CDP) suatu perangkat lunak pengolahan data
berbasis metoda AHP. Hasil analisis AHP penentuan prioritas
aspek kompetensi industri automotive yang harus dimiliki sesuai urutan
dan besaran bobot untuk kasus PT Gaya Motor dengan visi menjadi
automotive assembler terbaik di Indonesia.
Tabel 3 Kriteria
Matriks
Sumber: data diolah menggunakan
Expert (Criterium Decision, 2009)
Dari analisis AHP, maka
alternatif mengarah pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan nilai bobot 0.606, nilai bobot ini melebihi bobot
teknologi up-grading dengan
nilai bobot 0.239 dan peningkatan kualitas produk dengan nilai bobot 0.155 hasil ini mampu menjelaskan bahwa hasil
uji untuk menjadi assembler automotive terbaik di Indonesia dengan peringkat sesuai tabel 3 maka
akan mengarah pada penekanan
kualitas sumber daya manusia yang tersedia untuk tetap terus diberi pelatihan secara kontinyu.
Dari urutan peringkat
kriteria dapat dilihat bahwa urutan kepentingan di PT Gaya Motor adalah menetapkan visi menjadi assembler
terbesar di Indonesia mewujudkan ”kesejahteraan
bersama bangsa” dengan bobot 0.370, disusul kemudian dengan adanya dukungan dari kelompok ASTRA (0.218),
perusahaan dengan ISO (0.091), memiliki jumlah
karyawan yang besar (0.087), lokasi industri yang strategis dekat dengan pelabuhan dan dukungan infrastruktur
yang baik (di kota besar Jakarta) (0.080),
memiliki jaringan luas dan Internasional (0.075), telah mengadopsi ATQC
(0.053), diuntungkan dengan
terbatasnya jumlah kompetitor sejenis (0.026).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari bab – bab
sebelumnya tentang pelaksanaan Total Quality Management di PT.Gaya Motor sebagai salah satu Group
Astra adalah sebagai berikut :
1. Astra
merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang secara serius menggarap TQM dan menjadikannya sistem manajemen
yang berlaku lintas Grup. Komitmen dan
dukungan yang kuat dari manajemen Astra pada awal 80-an muncul karena adanya paradigma bahwa Astra bertumbuh
besar memerlukan suatu sistem manajemen
yang dapat menyatukan ‘bahasa’.
2. PT.Gaya
Motor dalam menerapkan sistem manajemen Astra Total Quality Control (ATQC) mempunyai empat kerangka
dasar atau pilar yang masing-masing berkaitan erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan berupa mentalitas dasar (Basic
Mentality), manajemen
strategik (Strategic Management), sarana (Tools) dan Pemberdayaan (Enabler for Implementation).
3. Metode
AHP merupakan metode yang berdasarkan pendapat pakar, walaupun sifatnya masih
terlihat subyektif Namun masÃh mampu mengakomodasi kepentingan yang sifatnya
pengambilan keputusan strategis pada perusahaan besar, diketahui dari berbagai
alternatif mengarah pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan nilai
bobot 0.606, nilai bobot ini melebihi bobot teknologi up-grading dengan
nilai bobot 0.239 dan peningkatan kualitas produk dengan nilai bobot 0.155.
4. PT
Gaya Astra Motor sebagai automotive assembler terbesar dan terkemuka di Indonesia mampu bersaing dengan
penekanan tetap pada kualitas sumberdaya manusialah
faktor terpenting dalam sistem manajemen.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan selama melakukan
pnelitian adalah sebagai berikut :
1. Perlu
diberikan trainning kepada karyawan terutama untuk tingkat operasional tidak hanya pada golongan atau level tertentu
saja, karena berdasarkan data yang diterima
penulis sebagian besar karyawan berpendidikan STM atau sederajat sehingga implementasi untuk menggunakan
tools TQM masih kurang.
2.
Perlunya PT.Gaya Motor sebagai perusahaan assembling
untuk terus memperhatikan kepuasan
pelanggan dengan melakukan market research untuk dapat memahami perilaku pelanggan serta berbagai trend yang
berkembang. Hasil dari Market
Research akan menjadi masukan yang sangat penting untuk desain produk atau jasa serta proses
produksinya dikarenakan terjadi perubahan selera konsumen sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi yang
diakibat oleh pasar bebas semakin
banyaknya kompetitor yang berasal tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.
DAFTAR
PUSTAKA
Anoname, 2002. Annual Report 2001, PT.Astra
International Inc, Jakarta. Anoname,
2001. Astra – a Green Company with Sustainable Business Practices, PT.Astra International
Inc., Jakarta.
Ariani, Dorothea Wahyu, 1999. Manajemen Kualitas,
Edisi Pertama Andi Offset,Yogyakarta.
Brue, Greg, 2002. Six Sigma for Managers,
Canary, Jakarta. De Coi, Juri L.,
et all, 2006. A Model For Competence Gap Analysis, L3S Research Center and University of Hannover,
Hannover, Jerman.
Forman, Ernest, 2002. Decision By Objectives,
World Scientific Publishing Company,
1st Edition, Washington DC.
Gaspersz, Vincent, 2003. Metode Analisis untuk
Peningkatan Kualitas, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Harry, Mikel and Richard Schroeder, 2000. Six
Sigma The Breakthrough Management
Startegy Revolutionizing the World’s Top Corporations. First Editions Currency and Doubleday, USA.
Ishikawa, Kaoru, 1989. Tehnik Penuntun
Pengendalian Mutu, PT.Mediyatama Sarana
Perkasa, Jakarta.
Juniani, Anda Iviana et all, 1996. Perbaikan
desain Tempat Kerja pada Proses Pengelasan
SMAW Melalui Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process)
dan Analisis Ergonomi di Bengkel Las PPNS-ITS,
Surabaya.
Krogh, Lone dan Jorgen Gulddahl Rasmussen, 2003. Assessments
Concerning Factors Creating
Employability Made by University Masters – And The Possibilities For The University To Respond, Alborg
University, Denmark.
Leont’ev, A.N, 1978. Activity, Consciousness, and
Personality, Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Pande, Peter S., et all, 2002. The Six Sigma Way,
Andi Offset, Yogyakarta.
Pande Pete & Larry Holpp, 2003. Berpikir Cepat
Six Sigma, Andi Offset, Yogyakarta.
Sinamo, J. 2000. Strategi Adaptif Abad Ke-21:
Berselancar Di Atas Gelombang Krisis.
Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.